Senin, 02 Juli 2012
ASIDOSIS RESPIRATORIK
A PENGERTIAN ASIDOSIS
RESPIRATORIK
Asidosis respiratorik
adalah suatu kedaan medis dimana penurunan respirasi (hypoventilation)
menyebabkan peningkatan darah karbondioksida dan penurunan pH (suatu kondisi
yang umumnya di sebut asidosis). Gangguan asam basa ini di cirikan dengan
penurunan ventilasi alveolar dan di manifestasikan dengan hiperkapnia (tekanan
karbondioksida parsial [PaCO2] lebih dari 45 mm Hg).
Keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam.
B KLASIFIKASI ASIDOSIS
RESPIRATORIK
Asidosis respiratorik
dapat di klasifikasikan menjadi dua menurut jenisnya:
Asidosis
respiratorik akut
Dalam asidosis pernafasan akut, PaCO2 yang di
tinggikan di atas batas rentang referensi (lebih dari 6,3 kPa atau 47 mm Hg)
dengan acidemia atas(pH<7,35).Asidosis pernafasan akut tejadi ketika
kegagalan ventilasi tiba-tiba kegagalan ini dapat disebabkan oleh depresi dari
pusat pernafasan oleh penyakit otak atau obat, kemampuan untuk ventilasi
memadai karena penyakit neuromuskuler (misalnya: gravis gravis, amyotrophic
lateral sclerosis, sindrom guillain barre, distrofi otot), atau obstruksi jalan
nafas terkait dengan asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Asidosis
respiratorik kronik
Dalam asidosis pernafasan kronis, PaCO2 yang di
tinggikan di atas batas kisaran referensi, dengan pH darah normal (7,35-7,45)
atau normal pH dekat sekunder untuk kompensasi ginjal dan serum bikarbonat
(HCO3ֿ >30 mm Hg).Asidosis
respiratorik kronik di sebabkan karena penyakit paru jangka panjang terutama
penyakit paru-paru yang menyebabkan kelainan dalam pertukaran gas alveolar
biasanya tidak menyebabkan hypoventilation tetapi cenderung menyebabkan
stimulasi ventilasi dan hypocapnia sekunder untuk hypoksia. Hypercapnia terjadi
hanya terjadi jika penyakit berat atau kelelahan otot pernafasan terjadi.
C MEKANISME RESPON FISIOLOGIS
Metabolisme cepat
menghasilkan jumlah besar asam volatile (H2CO3) dan asam nonvolatile.
Metabolisme lemak dan karbohidrat menyebabkan pembentukan sejumlah besar CO2,
CO2 bergabung dengan H2O untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Paru-paru
biasanya mengekskresikan fraksi volatile melalui ventilasi sehingga akumulasi
asam tidak terjadi. Sebuah perubahan signifikan dalam ventilasi yang
mempengaruhi eliminasi CO2 dapat menyebabkan gangguan pernafasan asam-basa.
PaCO2 dipertahankan dalam kisaran 39-41 mm Hg dalam keadaan normal.Ventilasi
alveolar berada di bawah kontrol pernafasan pusat yang terletak di pons dan medula. Ventilasi dipengaruhi dan di
atur oleh kemoreseptor untuk Pa2, CO PaO2,
DAN pH terletak di batang otak, dan aorta dan di badan karotid maupun oleh
impuls saraf. Dari paru-paru
reseptor peregangan dan dorongan dari korteks otak. Kegagalan ventilasi cepat meningkatkan PaCO2.
Dalam
asidosis pernafasan akut, kompensasi terjadi dalam dua tahap.
v Tahapan awal adalah buffering seluler yang
terjadi selama dari menit ke menit. Cellular buffering mengangkat bikarbonat
plasma (HCO3ֿ)
hanya sedikit, kira-kira 1 mAq /L untuk setiap mmHg peningkatan 10 di PaCO2.
v Langkah kedua adalah kompensasi ginjal
yang terjadi selama 2-5 hari. Dengan kompensasi ginjal, ekskresi ginjal asam
karbonat meningkat dan reabsorbsi bikarbonat meningkat
Perkiraan perubahan
Dalam kompensasi ginjal, bikarbonat plasma
meningkat 3,5 mEq / L untuk setiap kenaikan 10mm Hg di PaCO2. Perubahan yang di
harapkan dalam serum kosentrasi bikarbonat dalam asidosis pernafasan dapat di
perkiraan sebagai berikut:
o
Asidosis
pernafasan akut: HCO3ֿ
meningkat 1 mEq / L untuk masing- masing 10 mm Hg kenaikan PaCO2.
o
Asidosis
pernafasan kronis:HCO3ֿ meningkat 3,5 mEq / L untuk masing-masing 10
mm Hg kenaikan PaCO2.
Perubahan yang di harapkan pada pH dengan asidosis
pernafasan dapat diperkirakan dengan persamaan sebagai berikut:
Ø Asidosis pernafasan akut: Perubahn pH 0,008 =
X(40-PaCO2)
Ø Asidosis pernafasan kronik: Perubahan pH 0,003
= X(40-PaCO2)
Asidosis pernafasan tidak memiliki pengaruh besar pada
tingkat elektrolit. Beberapa efek kecil terjadi pada tingkat kalsium dan
kalium.
D. ETIOLOGI.
1. Hambatan Pada Pusat Pernafasan Di Medula
Oblongata.
a.
Obat-obatan : kelebihan dosis opiate, sedative, anestetik (akut).
b.
Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik.
c. Henti jantung (akut).
d. Apnea saat tidur.
2. Gangguan Otot-Otot Pernafasan Dan Dinding Dada.
a. Penyakit neuromuscular : Miastenia gravis,
poliomyelitis, sclerosis lateral
amiotropik
b. Deformitas rongga dada :
Kifoskoliosis.
c. Obesitas yang berlebihan.
d. Cedera dinding dada seperti patah
tulag-tulang iga.
3. Gangguan Pertukaran
Gas.
a. PPOM (emfisema dan bronchitis).
b. Tahap akhir
penyakit paru intrinsic yang difus.
c. Pneumonia atau asma yang berat.
d. Edema paru
akut.
e. Pneumotorak.
4. Obstruksi Saluran Nafas Atas Yang Akut.
a. Aspirasi benda
asing atau muntah.
b. Laringospasme
atau edema laring, bronkopasme berat.
5.
Hipofentilasi Dihubungkan Dengan Penurunan Fungsi Pusat Pernafasan Seperti Trauma Kepala, Sedasi
Berlebihan, Anesthesia Umum, Alkalosis Metabolic.
E. MANIFESTASI KLINIS.
Tanda-Tanda Klinis Berubah-Ubah
Pada Asidosis Respiratorik Akut Dan Kronis Yaitu:
1. Hiperkapnea mendadak
(kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan,
peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan perasaan penat pada kepala.
2.
Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60 mmHg atau lebih mengakibatkan :
somnolen, kekacauan mental, stupor, dan akhirnya koma juga menyebabkan sindrom
metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis (flapping tremor) dan mioklonus
(kedutan otot).
3. Retensi O2 menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti pembuluh darah otak yang
terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial dan dapat bermanifestasi
sebagai papilladema (pembengkakan dikus optikus yang terlihat pada pemeriksaan
dengan optalmoskop).
4. Hiperkalemia dapat terjadi
sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk mekanisme kompensatori dan
berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan kalsium keluar dari sel.
F. DIAGNOSA PADA ASIDOSIS RESPIRATORI
Biasanya
diagnosis di tegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri.
G. Pengobatan
pada penderita asidosis respiratori bertujuan untuk meningkatkan fungsi
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru dan
emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin
perlu di berikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik
Minggu, 24 Juni 2012
PROSES KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Banyak pakar telah merumuskan definisi dari proses keperawatan (Weitzel,
Marriner, Murray, Yura, Herber, dll). Secara umum dapat dikatakan bahwa proses
keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan
asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada
identifikasi dan pemecahan masalah dari respn pasien terhadap penyakitnya
(Tarwoto & Wartonah, 2004). Atau :
Proses keperawatan adalah :
1. Suatu pendekatan
sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif
pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2. Merupakan
proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah
4. Terdiri dari 4 tahap :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang `menterjemahkannya
ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
1. Tujuan :
proses keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningatkan
kualitas asuhan keperawatan
2. Sistematik
: menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan
tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan
3. Dinamik :
proses keperawatan ditujukan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan lien
yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan ditujukan pada
suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara
perawat dan klien
4. Interaktif : dasar hubungannya
adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya
5. Fleksibel : dapat diadopsi pada praktik
keperawatan dalam situasi apapun dan bisa digunakan secara berurutan
6. Teoritis : setiap langah dalam proses keperawatan
selalu didasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model
keperawatan yang berlandaskan pada filosofi keperawatan dan ditekankan pada
aspek : humanisti, holistik dan care.
ALASAN
PENGGUNAAN PROSES KEPERAWATAN
1.
Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan
2.
Profesinalisme, sesuai dengan konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat profesional di mana dalam
melaksanakan kegiatannya menggunakan pendekatan proses keperawatan
3. Untuk efektifitas
dan efisiensi pelayanan keperawatan
4. Untuk meningkatkan
peran serta dan keterlibatan pasien dalam pelayanan keperawatan.
HUBUNGAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HAK-HAK KLIEN
The American Hospital Association’s
(1972) menerbitkan tulisan tentang pernyataan hak-hak pasien. Menyadari hal
tersebut, National Leaque For Nursing (NLN, 1959), sejenis Persatuan Perawat
Nasional di Amerika, menyusun suatu rancangan awal pernyataan hak-hak pasien
dengan asumsi dasar sebagai berikut :
1.
Asuhan keperawatan mencakup promosi kesehatan, asuhan dan pencegahan penyakit,
ketidakmampuan dan rehabilitasi. Asuhan keperawatan dapat diberikan melalui
proses pengajaran, penyuluhan, dan dukungan emsional, serta perawatan pada
waktu ia sakit.
2.
Asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan kesehatan secara
menyeluruh dan direncanakan, serta diberikan dalam kombinasi dengan pelayanan
medis, pendidikan, dan kesejahteraan.
3.
Tenaga keperawatan menghadapi individualitas, martabat, dan hak-hak setiap
orang tanpa memandang ras, warna kulit, derajat, kebangsaan, status sosial dan
ekonomi.
SEJARAH
PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan
perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :
1.
Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)
2.
Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan
3.
Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi,
bantuan pertolongan dan validasi.
4.
Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi
pertama proses keperawatan dipublikasikan.
5.
Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976)
menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari
analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau
menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate
(identik dengan evaluasi).
6.
Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu
dasar hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
7. Tahun 1975 :
diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap
dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini
kemudian disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) —
dibahas lebih lanjut di BAB diagnosa keperawatan.
TUJUAN PROSES KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM :
Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat, sehingga kebutuhan perawatan kesehatan klien,
keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi.
TUJUAN KHUSUS :
1.
Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem
solving)
2. Menggunakan
standart dalam praktek keperawatan
3. Memperoleh metode
yang baku, rasional dan sistematis
4. Meperoleh metode
yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi
5.
Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi
SIFAT PROSES KEPERAWATAN
1. Dinamis.
Setiap tahap proses keperawatan dapat
diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.
2. Siklik.
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang
dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan
pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien
dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
3. Interdependent /
saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi
yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi
tahap-tahap berikutnya.
4. Fleksibel atau
luwes.
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga
pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan
situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat
juga berarti :
a. Bisa digunakan untuk
pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b. Dapat digunakan pada berbagai
kondisi dan situasi klien
c. Dapat diterapkan untuk
semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal
dunia
d. Dapat diterapkan pada berbagai
unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
1. Sebagai
kerangka berpikir untuk fungsi dan tanggung jawab keperawatan dalam ruang
lingkup yang sangat luas
2. Sebagai alat untuk
mengenal masalah klien, merencanakan secara sistematis, melaksanakan rencana
dan menilai hasil.
SASARAN
Sasaran dalam proses keperawatan adalah individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan, karena
ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik secara
fisik, mental, sosial dan spiritual. Dapat juga yang diakibatkan oleh kurangnya
pengetahuan dan faktor ketidaktahuan klien tentang perawatan diri atau karena
kelemahan fisik, mental dan sosial.
Komponen yang terkait adalah :
1. Klien
(individu, keluarga, masyarakat)
2. Provider atau
pemberi pelayanan keperawatan
3. Anggota tim kesehatan
lainnya.
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN PROSES KEPERAWATAN
A. Bagi Pelayanan Kesehatan :
1. Pedoman yang
sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
2. Sebagai alat untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
B. Bagi Pelaksana
Keperawatan
1. Meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan
Bila semua kebutuhan klien dapat dipenuhi, tentu akan
dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan kepuasan bagi klien akan
pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan
akan meningkat.
2. Pengembangan
ketrampilan intelektual dan teknis bagi tenaga pelaksana keperawatan.
3.
Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
Jalan yang
paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan
adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Kepuasan knsumen
terhadap pelayanan keperawatan menunjukkan keyakinannya terhadap profesi
keperawatan.
4.
Meningkatkan peran dan fungsi perawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
5.
Pengakuan otonomi keperawatan oleh masyarakat dan profesi lain.
Profesi
keperawatan memberikan kesempatan kepada tenaga keperawatan untuk melaksanaan
otonomi profesinya, yang didasari oleh tanggung gugat dan tanggung jawab,
penerapan etika profesi dan standart praktek keperawatan.
6.
Peningkatan rasa solidaritas.
Kesamaan
metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan
memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan.
7.
Peningkatan kepuasan tenaga keperawatan.
Kepuasan
konsumen terhadap pelayanan keperawatan dengan sendirinya akan menimbulkan
kepuasan bagi tenaga perawatan.
8.
Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
9.
Untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Proses
keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan penelitian
ilmu keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam
memberikan asuhan keperawatan.
C.
Bagi Pasien :
1.
Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
2.
Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)
3.
Kelanjutan asuhan
4.
Terhindar dari mal-praktik
Dalam
proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu:
1.
Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane, 1997)
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian
antara lain:
- Memahami secara keseluruhan
situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi
fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yang bisa
mempengaruhi status kesehatannya.
- Mengumpulkan semua informasi
yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang
berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang
lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi
dan sumber yang lain. (Gordon,
1987;1994)
- Memahami bahwa klien adalah
sumber informasi primer.
- Sumber informasi sekunder
meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan
kesehatan klien.
Metode
pengumpulan data meliputi :
- Melakukan interview/wawancara.
- Riwayat kesehatan/keperawatan
- Pemeriksaan fisik
- Mengumpulkan data penunjang
hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam
medik).
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan
yang lain.
The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 1992) mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam keputusan
klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap sesuatu yan
berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam proses kehidupan.
- Dalam membuat diagnosa
keperawatan dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik, mencakup proses
diagnosa keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan.
- Proses diagnosa keperawatan
dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari
proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan
memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan
antara sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa
keperawatan.
3.
Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi
untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan harus
spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengkualifikasian seperti bagaimana,
kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas yang
direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri
yaitu dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi
perawatan lainnya.
4.
Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan.
Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994). Perawat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.Perencanaan merupakan
dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang
diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan,
tujuan, atau intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang
ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dank lien (Yura &
Walsh, 1988)
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari
klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar
asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan
Langganan:
Postingan (Atom)